berandalpunk.blogspot.com. Powered by Blogger.

Translate

Home » » Kemampuan Menghayati Kebahagiaan

Kemampuan Menghayati Kebahagiaan


Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahirdari kehidupan manusia.Penghayatan hidup yang disebut “kebahagiaan” ini meskipun tidak mudah untuk dijabarkan tetapi tidak sulit untuk dirasakan.Dapat diduga, bahwa hampir setiap orang mengalami rasa bahagia.Untuk menjabarkan arti istilah kebahagiaan sehingga cukup jelas dipahami serta memuaskan semua pihak sesungguhnya tidak mudah. Ambillah misal tentang sebutan: senang, gembira, bahagia, dan sejumlah istilah lain yang mirip dengan itu. Sebagian orang mungkin menganggap bahwa seseorang yang sedang mengalami rasa senang atau gembiraitulah sedang mengalami kebahagiaan.

Sebagian lagi menganggap bahwa rasa senang hanya merupakan aspek dari kebahagiaan, sebab kebahagiaan sifatnya lebih permanen dari pada perasaan senang yang sifatnya lebih temporer. Dengan kata lain, kebahagiaan lebih merupakan integrasi atau rentetan dari sejumlah kesenangan. 

Malah mungkin ada yang lebih jauh lagi berpendapat bahwa kebahagiaan tidak cukup digambarkan hanya sebagai himpunan dari pengalaman-pengalaman yang menyenangkan saja, tetapi lebih dari itu, yaitu merupakan integrasi dari segenap kesenangan, kegembiraan, kepuasan, dan sejenisnya dengan pengalaman-pengalaman pahit dan penderitaan. Proses integrasi dan kesemuanya itu (yang menyenangkan maupun yang pahit) menghasilkan penghayatan hidup yang disebut “bahagia”.

Peliknya persoalan mungkin juga disebabkan oleh karna kebahagiaan itu lebih dapat dirasakan dari pada dipikirkan.Pada saat orang-orang menghayati kebahagiaan, aspek rasa lebih berperan dari pada aspek nalar.Oleh karna itu dikatkan bahwa kebahagiaan itu sifatnya irasional. Padahal kebahagiaan yang tampaknya didominasi oleh perasaan itu ternyata tidak demikian, karena aspek-aspek kepribadiannya yang lain seperti akal pikiran juga ikut berperan.

Bukankah seseorang hanya mungkin menghayati kebahagiaan jika ia mengerti tentang sesuatu yang menjadi objek rasa bahagia itu? Juga orang yang sedang terganggu pikiran atau tidak beres kesadarannya tidak akan sanggup menghayati kebahagiaan. Disini jelas bahwa penghayatan terhadap kebahagiaan juga didukung oleh aspek nalar disamping aspek rasa.

Kepelikan lain lagi yang mungkin timbul ialah apabila kebahagiaan itu dipandang sebagai suatu kondisi atau keadaan (yaitu kondisi emosi yang positif) disamping suatu proses. Dimuka telah dijelaskan bahwa kebahagiaan itu merupakan suatu integrasi pengalaman-pengalaman yang menyenangkan dengan yang pahit antara perasaan dan penalaran. Sekarang pengertian integrasi mencakup perpaduan proses dan hasilnya, sehingga persoalan menjadi lebih pelik lagi.

Rangkaian kejadian yang didalamnya tercermin kebahagiaan, misalnya seseorang yang telah lulus dan mendapat gelar sarjana dengan predikay kelulusan yang baik, karena mencapai IPK: 3,8 (kebahagiaan). Setelah itu dengan masa menunggu sekitar setahun (penderitaan) dapat diterima pada sebuah perusahaan kimia, dengan gaji yang sangat menggembirakan (kebahagiaan). Setelah dua tahun dinas ia mendapat kecelakaan (penderitaan), karena mukanya terkena uap kimia yang menjadikan mukanya rusak dan kedua matanya buta (adzab).

Sebuah kesimpulan yang dapat ditarik dari apa yang telah dipaparkan tentang kebahagiaan ialah bahwa kebahagiaan ialah bahwa kebahagiaan itu rupanya tidak terletak pada keadaannya sendiri pada faktual (lulus sebagai sarjana, mendapat pekerjaan dan seterusnya) ataupun pada rangkaian prosesnya, maupun pada perasaan yang diakibatkannya tetapi terletak pada kesanggupan menghayati semuanya itu dengan keheningan jiwa, dan mendudukkan hal-hal tersebut didalam rangkaian atau ikatan tiga hal yaitu: usaha, norma-norma, dan taqdir.

Yang dimaksud dengan usaha adalah perjuangan yang terus-menerus untuk mengatasi masalah hidup.Hidup dengan menghadapi masalah itulah realitas hidup.Karena itu masalah hidup harus dihadapi.Masalah hidup adalah sesuatu yang realistis, objektif, bukan suatu yang dibuat-buat.orang mengalami kebahagiaan bila bersedia menyerah pada objektivitas(drijarkara). Kebahagiaan juga sesuatu yang realistis bukan dibuat-buat.orang yang menderita tidak dapat mengatakan pada yang lain bahwa ia bahagia, atau menunjukkan sikap atau lagak seolah-olah bahagia.

Selanjutnya usaha tersebut harus tertumpu pada norma-norma/ kaidah-kaidah.Kebahagiaan adalah hidup yang tenteram.Hidup tenteram terlaksana dalam hidup tanpa tekanan.Itulah hidup merdeka.Dimuka sudah dijelaskan bahwa merdeka dalam arti yang sebenarnya, bukan merdeka dalam arti bebas liar tanpa mendali yang justru mengundang keonaran dan akhirnya tekanan-tekanan. Seseorang hanya akan merasa merdeka dalam arti sebenarnya bila tidak merasakan adanya belenggu ikatan-ikatan, paksaan-paksaan dari aturan-aturan (norma-norma). Yakni apabila ia telah menyatukan diri dengan norma-norma kehidupansehingga kehidupannya dan segenap sepak terjangnya merupakan pancaran (personifikasi) dari norma-norma. Jadi kebahagiaan dicapai dengan penyatuan diri dengan norma-norma (kaidah-kaidah hidup).Dilihat dari segi ini tampak pula bahwa kebahagiaan bersifat individual karena derajat kebahagiaan sangat tergantung kepada orang-seorang.Kebahagiaan juga mengandung sisi sosial, karna norma-norma/ kaidah hidup selalu bersifat sosial.

Kemudian takdir, takdir merupakan rangkaian yang tak terpisahkan dalam proses terjadinya kebahagiaan, komponen takdir ini erat bertalian dengan komponen usaha. Pepatah yang menyatakan “manusia berusaha, tuhan menyudahi”, harus diartikan bahwa istilah takdir baru boleh disebut sesudah orang melaksanakan usaha sampai batas kemampuan, kemudian hasilnya –sepadan atau tidak dengan yang diinginkan- diterima dengan pasrah dan kesyukuran.Kebahagiaan hanya dapat diraih oleh mereka yang mampu bersyukur.Untuk itu kemampuan menghayati sangat diperlukan.

Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan itu dapat diusahakan peningkatannya. Ada dua hal yang dapat dikembangkan, yaitu: kemampuan menghayati hasil usaha dalam kaitannya dengan taqdir. Dengan demikian pendidikan mempunyai peranan yang penting sebagai wahana untuk menggapai kebahagiaan, utamanya pendidikan keagamaan.

Manusia adalah makhluk yang serba terhubung, dengan masyarakat lingkungannya, dirinya sendiri, dan tuhan. Beerling mengemukakan sinyalemen hainemann bahwa pada abad ke- 20 manusia mengalami krisis total. Disebut demikian karna yang dilanda bukan hanya segi-segitertentu dari kehidupan seperti krisis ekonomi, energi, dan sebagainya, melainkan yang krisis adalah manusianya (beerling,1951:43)

Dalam krisis total manusia manusia mengalami krisis hubungan dengan masyarakat, dengan lingkungannya, dirinya sendiri, dan dengan tuhannya. Tidak ada pengenalan dan pemahaman yang seksama terhadap dengan apa dan siapa ia berhubungan. Tidak ada kesraan hubungan dengan apa atau siapa ia berhubungan. Inilah bencana yang melanda manusia, sehingga manusia makin jauh dari kebahagiaan.Kebahagiaan hanya dapat dicapai apabila manusia meningkatkan kualitas hubunganya sebagai makhluk yang memiliki kondisi serba terhubung dan dengan memahami kelebihan dan kekurangan-kekurangan diri sendiri.Kelebihannya ditingkatkan dan kekurangannya diperbaiki.Sedangkan dengan lingkungan alam manusia dapat memanfaatkannya (mengeksploitasi) sembari peduli terhadap pelestarian dan pengembangannya.Terhadap tuhan, manusia harus memahami ajaran-Nya serta mengamalkannya.


0 komentar:

privasi police

privasi police
privasi police