Selain memiliki kemampuan menyadari diri, manusia juga memiliki
kemampuan bereksistensi. Kemampuan bereksistensi adalah kemampuan menerobos dan
mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Kemampuan menerobos ini bukan
saja yang berkaitan dengan ruang, melainkan juga dengan waktu. Dengan kata
lain, manusia tidak terbelenggu dengan tempat atau ruang ini (di sini) dan
waktu ini (sekarang), tetapi dapat menembus ke sana, ke masa depan, atau ke
masa lampau. Adanya kemampuan bereksistensi yang dimiliki oleh manusia tentu
saja terdapat unsur kebebasan pada manusia. Jadi, adanya manusia bukan
“ber-ada” seperti hewan di dalam kandang dan tumbuh-tumbuhan di dalam kebun,
melainkan “meng-ada” di muka bumi (Drijarkara, 1962:61-63). Jika seandainya
pada diri manusia itu tidak terdapat kebebasan atau kemampuan bereksistensi,
manusia tidak lebih dari hanya sekedar esensi belaka, artinya ada hanya sekedar
“ber-ada” dan tidak pernah “meng-ada” atau “bereksistensi”. Kemampuan
bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta didik perlu diajar agar
belajar dari pengalamannya, belajar mengantisipasi suatu keadaan dan peristiwa,
belajar melihat prospek masa depan dari sesuatu, serta mengembangkan daya
imajinasi kreatif sejak kanak-kanak.
0 komentar:
Post a Comment